Setiap tahun, tepatnya setiap bulan April bangsa Indonesia memperingati hari Kartini. Perjuangan R.A. Kartini dalam mendobrak keterbelengguan wanita pribumi oleh penjajah merupakan perjuangan yang spektakuler bagi wanita Indonesia pada saat itu. R.A. Kartini diakui bangsa Indonesia sebagai tokoh emansipasi wanita yang berjuang secara moderat tanpa adu kekuatan fisik, akan tetapi adu otak dan harga diri. Emansipasi wanita diartikan sebagai prospek pelepasan diri wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah, serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan berkembang dan maju. Emansipasi wanita adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak memilih dan menentukan nasib sendiri.
Istilah emansipasi wanita muncul, khususnya di dunia Barat. Mereka meneriakkan emansipasi wanita sebagai hak asasi manusia, bahwa emansipasi wanita adalah menyamakan hak dengan kaum pria. Sebetulnya adalah tidak semua hak wanita harus disamakan dengan pria. Allah swt telah menciptakan kedua jenis (pria dan wanita) dengan latar belakang biologis yang sama. Pendeknya, ada yang bisa dilakukan wanita tetapi tidak bisa dilakukan oleh pria, maupun sebaliknya. Persamaan hak dilindungi di mata hukum, gaji yang setara dengan pria dengan kedudukan dan kemampuan yang sama, merupakan contoh diperbolehkannya persamaan hak dengan pria.
Islam sangat memuliakan wanita. Al-Qur’an dan Sunnah memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita. Allah swt mewahyukan surat An-Nisa’ kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian besar ayat dalam surat ini membicarakan persoalan yang berhubungan dengan kedudukan, peran, dan perlindungan hukum terhadap hak-hak wanita. Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal, An-Nasa’i, Ibnu Majah, al-Hakim adalah “Surga di bawah telapak kaki ibu.” Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal “Salah satu ciri laki-laki yang terhormat adalah yang paling dan bersikap lembut terhadap istrinya.”Masih banyak lagi ayat Al-Qur’an dan hadits yang memaparkan serta membuktikan betapa Islam sangat memperhatikan dan menghargai wanita.
Kalau kita tengok kebelakang, dalam sejarah Islam banyak wanita-wanita yang bisa kita jadikan suri tauladan yang sangat mulia untuk keberlangsungan emansipasi wanita seperti Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Juwairiah binti Harits bin Abu Dhirar, Khadijah binti Khuwailid, Maimunah binti Harits, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Fatimah binti Muhammad, Ummi Kultsum binti Muhammad, Zainab binti Muhammad, dan lain sebagainya. Mereka telah mencontohkan emansipasi wanita, bukan saja hak yang mereka minta akan tetapi kewajiban sebagai seorang wanita. Wanita yang baik adalah wanita yang menyelaraskan fungsi, hak, dan kewajibannya sebagai seorang hamba Allah, sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu, sebagai seorang warga masyarakat, maupun sebagai seorang da’iyah.
Wallahua’lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar