Kamis, 30 Juni 2011

Antara Batu Terbang, Masjid al Aqsha dan Kubah Emas di Yerusalem

Tulisan ini merupakan tambahan informasi dan penjelasan dari artikel tentang gambar “Batu Terbang” di Palestina. Karena cerita yang menyertai gambar batu terbang tersebut seringkali menyinggung tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad, maka perlu juga dijelaskan tentang keberadaan batu yang disebutkan sebagai tempat di mana Nabi memulai perjalanan ke langitnya. Selain itu, tidak jarang terjadi kesalahpahaman, di mana orang mengira Masjid Kubah Emas sama dengan Masjid Al Aqsha. Melalui tulisan di bawah, akan dijelaskan perbedaannya.

Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Masjid Kubah Emas

Ada tradisi dan kepercayaan di kalangan kaum muslimin tentang batu yang menjadi titik tolak Nabi Muhammad melakukan Mi’raj ke langit. Batu ini berada di Yerusalem, Palestina. Batu ini benar-benar ada. Ia berada di wilayah yang sekarang disebut sebagai: Mount Temple atau Gunung Kuil oleh orang Yahudi. Disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa Kuil Nabi Sulaiman pernah dibangun di wilayah tersebut. Bahkan sebagian mempercayai kuil tersebut dibangun di atas batu yang sama. Kaum muslimin menyebut wilayah tersebut sebagai Haram al Quds al Syarif atau Kawasan Suci dan Mulia.
 Sejak lama batu tersebut telah memperoleh penghormatan dari kaum muslimin. Bahkan konon ceritanya, Khalifah Umar bin Khathab juga mengunjungi batu ini setelah ia menundukkan Yerusalem. Ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia memerintahkan pembangunan Qubah ash Shakhra (Kubah Batu) di tahun 685 M yang melindungi batu tersebut dan para pengunjungnya dari terik dan dingin. Sebagian sejarawan juga menyatakan bahwa pembangunan Kubah ini untuk menyaingi kemegahan bangunan-bangunan keagamaan lain di wilayah Yerusalem, seperti Gereja Holy Sepulchre, dan mencegah agar kaum muslimin tidak terpesona dengan kemegahan agama lain. Uang sebanyak 10,000 dinar emas kemudian dilebur untuk melapisi bagian luar kubah tersebut. Jadi, Masjid Kubah Emas atau Qubah ash Shakhra inilah yang melingkupi batu tersebut hingga kini. (Sumber: Wikipedia)

Sejak masa Umar itulah, wilayah Haram al Syarif ini menjadi wilayah kekuasaan kaum muslimin. Adanya bangunan berkubah emas yang berada di tempat tinggi dan berkilauan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Hal ini pun makin menambah rasa kepemilikan dan penghormatan atas wilayah suci yang pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin ini. Tidak mengherankan jika kemudian Masjid Kubah Emas ini menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan bahkan Palestina secara umum.Mereka yang pernah mengunjungi atau melihat bagian dalam Masjid Kubah Emas ini tentu akan melihat keunikan sang batu. Keunikan inilah yang, menurut saya, kemudian memunculkan cerita dan legenda tentang batu yang ingin terbang mengikuti Nabi ke langit.

Gambar-gambar di atas adalah foto-foto dari bagian dalam Masjid Kubah Emas. Yang kiri memperlihatkan sebuah gapura yang menjadi pintu masuk sebuah ceruk atau gua yang berada di bawah batu. Bagian atas batu dapat terlihat di belakan gapura tersebut. Di bawahnya terlihat ada orang yang sedang sholat.Gambar kanan menunjukkan suasana di dalam gua. Terlihat ada tangga yang menghubungkan bagian luar (gambar kiri) dan bagian dalam gua. Ada ruangan yang cukup lapang untuk belasan orang di sana. Dari foto terlihat bahwa atap gua cukup tinggi dan mulut gua lebar. Kita dapat bayangkan bila orang duduk di bawah sana dan melihat ke atas, ke arah mulut gua, maka batu yang menjadi atap gua tersebut seolah melayang di udara.

Inilah yang menurut saya menjadi sumber cerita batu terbang tersebut.

Perkataan Ibnul 'Arabi tentang 'Batu Terbang'

Ini adalah tambahan informasi tentang sebuah kisah yang saya ambil dari Blog Qhazanah.
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud 'Tempat Nabi bermikraj', disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): "Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT. "Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi." "Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka batu itu tergantung, saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya." "Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain."
Ditambahkan oleh sang penulis blog, bahwa ia pernah mengunjungi Kubah Batu tersebut dan mendapati bahwa sekarang tidak terlihat bahwa batu tersebut melayang. Persis seperti gambar-gambar gua di atas.

Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha

 Gambar di samping adalah foto udara wilayah Haram Al Syarif yang dibatasi oleh tembok tinggi dengan latar belakang wilayah Kota Tua Yerusalem. Masjid Kubah Emas terlihat mencolok di tengah wilayah tersebut. Ada satu lagi bangunan berkubah yang berada pada sisi kanan bawah. Itulah bangunan Masjid Al Aqsha.

Sebagai sebuah masjid, Khalifah Umarlah yang pertama kali membangunnya dalam bentuk bangunan kecil. Khalifah Al Malik yang juga membangun Kubah Emas kemudian memugar dan memperluasnya. Setelah beberapa kali pembanguan kembali dan pemugaran karena hancur oleh gempa, bangunan yang sekarang ada merupakan peninggalan Masjid dari masa kekhalifahan Fatimiyah sekitar awal abad ke 10.Hari ini, wilayah Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah kekuasaan Israel. Namun, wilayah Haram Al Syarif dengan Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha-nya tetap berada dalam pengelolaan Kementrian Waqaf Yordania. Secara umum, hanya orang islam saja yang diperkenankan memasuki wilayah ini. Pada tahun 2007, sempat terjadi protes besar-besaran di dunia islam karena pemerintah Israel melakukan penggalian di bagian luar tembok yang berbatasan langsung dengan Masjidil Aqsha.
informasi 
lebih lanjut
Bagi yang tertarik untuk melihat-lihat wilayah Al Quds ini, Saudi Aramco World telah membuat sebuah wisata virtual di situs webnya. Di sana dipaparkan dengan jelas sejarah Kubah Emas dan Masjidil Aqsha. Dan lebih menarik lagi, ditampilkan pula gambar-gambar panorama interaktif berbagai tempat di wilayah tersebut, termasuk gua di bawah batu yang dijelaskan di atas. Selain itu ada juga wisata virtual ke Al Hambra di Spanyol dan Masjid Sulaiman di Turki. Sangat menarik!

Rabu, 29 Juni 2011

Taukah anda kalau sebenarnya gunung itu bergerak?

Dalam sebuah ayat dalam Alquran, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak. "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.



Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.


Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.


Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
 
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an sejak ratusan tahun yang lalu yang diturunkan kepada nabi Muhammad seorang yang buta huruf.

sumber

Kamis, 30 Juni 2011

Antara Batu Terbang, Masjid al Aqsha dan Kubah Emas di Yerusalem

Diposting oleh Wanita Sholehah di 02.01 0 komentar
Tulisan ini merupakan tambahan informasi dan penjelasan dari artikel tentang gambar “Batu Terbang” di Palestina. Karena cerita yang menyertai gambar batu terbang tersebut seringkali menyinggung tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad, maka perlu juga dijelaskan tentang keberadaan batu yang disebutkan sebagai tempat di mana Nabi memulai perjalanan ke langitnya. Selain itu, tidak jarang terjadi kesalahpahaman, di mana orang mengira Masjid Kubah Emas sama dengan Masjid Al Aqsha. Melalui tulisan di bawah, akan dijelaskan perbedaannya.

Batu Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dan Masjid Kubah Emas

Ada tradisi dan kepercayaan di kalangan kaum muslimin tentang batu yang menjadi titik tolak Nabi Muhammad melakukan Mi’raj ke langit. Batu ini berada di Yerusalem, Palestina. Batu ini benar-benar ada. Ia berada di wilayah yang sekarang disebut sebagai: Mount Temple atau Gunung Kuil oleh orang Yahudi. Disebut demikian karena mereka mempercayai bahwa Kuil Nabi Sulaiman pernah dibangun di wilayah tersebut. Bahkan sebagian mempercayai kuil tersebut dibangun di atas batu yang sama. Kaum muslimin menyebut wilayah tersebut sebagai Haram al Quds al Syarif atau Kawasan Suci dan Mulia.
 Sejak lama batu tersebut telah memperoleh penghormatan dari kaum muslimin. Bahkan konon ceritanya, Khalifah Umar bin Khathab juga mengunjungi batu ini setelah ia menundukkan Yerusalem. Ketika Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia memerintahkan pembangunan Qubah ash Shakhra (Kubah Batu) di tahun 685 M yang melindungi batu tersebut dan para pengunjungnya dari terik dan dingin. Sebagian sejarawan juga menyatakan bahwa pembangunan Kubah ini untuk menyaingi kemegahan bangunan-bangunan keagamaan lain di wilayah Yerusalem, seperti Gereja Holy Sepulchre, dan mencegah agar kaum muslimin tidak terpesona dengan kemegahan agama lain. Uang sebanyak 10,000 dinar emas kemudian dilebur untuk melapisi bagian luar kubah tersebut. Jadi, Masjid Kubah Emas atau Qubah ash Shakhra inilah yang melingkupi batu tersebut hingga kini. (Sumber: Wikipedia)

Sejak masa Umar itulah, wilayah Haram al Syarif ini menjadi wilayah kekuasaan kaum muslimin. Adanya bangunan berkubah emas yang berada di tempat tinggi dan berkilauan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kaum muslimin. Hal ini pun makin menambah rasa kepemilikan dan penghormatan atas wilayah suci yang pernah menjadi kiblat pertama kaum muslimin ini. Tidak mengherankan jika kemudian Masjid Kubah Emas ini menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan bahkan Palestina secara umum.Mereka yang pernah mengunjungi atau melihat bagian dalam Masjid Kubah Emas ini tentu akan melihat keunikan sang batu. Keunikan inilah yang, menurut saya, kemudian memunculkan cerita dan legenda tentang batu yang ingin terbang mengikuti Nabi ke langit.

Gambar-gambar di atas adalah foto-foto dari bagian dalam Masjid Kubah Emas. Yang kiri memperlihatkan sebuah gapura yang menjadi pintu masuk sebuah ceruk atau gua yang berada di bawah batu. Bagian atas batu dapat terlihat di belakan gapura tersebut. Di bawahnya terlihat ada orang yang sedang sholat.Gambar kanan menunjukkan suasana di dalam gua. Terlihat ada tangga yang menghubungkan bagian luar (gambar kiri) dan bagian dalam gua. Ada ruangan yang cukup lapang untuk belasan orang di sana. Dari foto terlihat bahwa atap gua cukup tinggi dan mulut gua lebar. Kita dapat bayangkan bila orang duduk di bawah sana dan melihat ke atas, ke arah mulut gua, maka batu yang menjadi atap gua tersebut seolah melayang di udara.

Inilah yang menurut saya menjadi sumber cerita batu terbang tersebut.

Perkataan Ibnul 'Arabi tentang 'Batu Terbang'

Ini adalah tambahan informasi tentang sebuah kisah yang saya ambil dari Blog Qhazanah.
Dalam kitab al-Israk wal-Mikraj oleh Khalid Saiyyid Ali di halaman 82, atas tajuk yang bermaksud 'Tempat Nabi bermikraj', disebut di bawahnya suatu penulisan (yang bermaksud): "Berkatalah al-Imam Abu Bakar Ibnul ‘Arabi, ketika membuat penjelasan (syarah) Kitab al-Muwattak oleh Imam Malik disebutkan, batu besar di Baitulmaqdis adalah suatu keajaiban Allah SWT. "Batu itu berdiri sendiri di tengah-tengah Masjidil Aqsa, tergantung-gantung dan terpisah daripada semua bahagiannya dengan bumi. Tidak ada yang memegangnya, melainkan Yang Memegang langit, daripada jatuh menimpa bumi." "Di puncaknya dari arah selatan, itulah tempat kaki Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berpijak untuk menaiki Buraq, di sebelah itu agak condong. Dikatakan kerana kegerunannya atas kehebatan baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam maka batu itu tergantung, saya sendiri takut untuk berada di bawahnya, kerana takut batu itu menghempap saya kerana dosa-dosa saya." "Setelah beberapa ketika kemudian, saya pun memberanikan diri dan masuk berteduh di bawahnya, maka saya dapat melihat pelbagai keajaiban. Saya dapat menyaksikan ia dari semua arah. Saya benar-benar melihatnya terpisah dari bumi. Ada arah yang lebih jauh terpisah dari bumi daripada arah yang lain."
Ditambahkan oleh sang penulis blog, bahwa ia pernah mengunjungi Kubah Batu tersebut dan mendapati bahwa sekarang tidak terlihat bahwa batu tersebut melayang. Persis seperti gambar-gambar gua di atas.

Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha

 Gambar di samping adalah foto udara wilayah Haram Al Syarif yang dibatasi oleh tembok tinggi dengan latar belakang wilayah Kota Tua Yerusalem. Masjid Kubah Emas terlihat mencolok di tengah wilayah tersebut. Ada satu lagi bangunan berkubah yang berada pada sisi kanan bawah. Itulah bangunan Masjid Al Aqsha.

Sebagai sebuah masjid, Khalifah Umarlah yang pertama kali membangunnya dalam bentuk bangunan kecil. Khalifah Al Malik yang juga membangun Kubah Emas kemudian memugar dan memperluasnya. Setelah beberapa kali pembanguan kembali dan pemugaran karena hancur oleh gempa, bangunan yang sekarang ada merupakan peninggalan Masjid dari masa kekhalifahan Fatimiyah sekitar awal abad ke 10.Hari ini, wilayah Kota Tua Yerusalem telah berada di bawah kekuasaan Israel. Namun, wilayah Haram Al Syarif dengan Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha-nya tetap berada dalam pengelolaan Kementrian Waqaf Yordania. Secara umum, hanya orang islam saja yang diperkenankan memasuki wilayah ini. Pada tahun 2007, sempat terjadi protes besar-besaran di dunia islam karena pemerintah Israel melakukan penggalian di bagian luar tembok yang berbatasan langsung dengan Masjidil Aqsha.
informasi 
lebih lanjut
Bagi yang tertarik untuk melihat-lihat wilayah Al Quds ini, Saudi Aramco World telah membuat sebuah wisata virtual di situs webnya. Di sana dipaparkan dengan jelas sejarah Kubah Emas dan Masjidil Aqsha. Dan lebih menarik lagi, ditampilkan pula gambar-gambar panorama interaktif berbagai tempat di wilayah tersebut, termasuk gua di bawah batu yang dijelaskan di atas. Selain itu ada juga wisata virtual ke Al Hambra di Spanyol dan Masjid Sulaiman di Turki. Sangat menarik!

Rabu, 29 Juni 2011

Taukah anda kalau sebenarnya gunung itu bergerak?

Diposting oleh Wanita Sholehah di 02.54 0 komentar
Dalam sebuah ayat dalam Alquran, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak. "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88)

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.



Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.


Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.


Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
 
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an sejak ratusan tahun yang lalu yang diturunkan kepada nabi Muhammad seorang yang buta huruf.

sumber