Rabu, 27 Juli 2011

Sekelompok Ilmuwan Berhasil Menemukan Bentuk Terompet Malaikat Isrofil


Sebenarnya seperti apa bentuk terompetnya — atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala– malaikat Isrofil itu? Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.

Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan
karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet.Di mana pada bagian ujung belakang terompet (baca alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable) (lihat gambar bentuk alam semesta dibawah).


http://2.bp.blogspot.com/-B0EvMFEnZBs/TizxnH4TpDI/AAAAAAAABSA/km75o9BSKGU/s1600/trzbh3do.jpg
 


-Bentuk Alam Semesta

Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.


Abu Hurrairah ra : Nabi Muhammad saw bersabda

“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah.


Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”


Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.”


Saya tanya : “Bagaimana besarnya?”


Jawab Rasulullah :
“Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali.

Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan)
Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan).
Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.

Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.


Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bak rama – rama yang hidup di tengah – tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja.


Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam
surah An Naml ayat 87 : “Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.”

Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.


“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak – anak jadi beruban dan setan – setan berlarian.”


Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, bagaimana dengan peniupnya dan bagaimana pula Sang Pencipta keduanya? Maha Besar Engkau Ya Allah, Allahu Akbar!


Senin, 25 Juli 2011

Wahai Muslimah, Jagalah Kesantunan Anda!

SELASA, 5 April 2011, adalah hari yang “menarik” perhatian saya. Ketika saya di ajak kawan kantor untuk mampir ke suatu tempat di kawasan Jakarta selatan, sekedar untuk melepaskan penat karena aktivitas yang lumayan padat dan menghilangkan rasa ngidam nya akan makanan yang bikin klenger, alias burger, tidak jauh dari tempat saya duduk, saya melihat sosok wanita cantik, manis dan ia berhijab. Lantas apa yang “menarik” perhatian saya?Agak terkejut ketika saya melihat ada sebatang rokok menempel di sela-sela jemarinya. Perlahan saya amati betapa nikmat dan tenangnya ia mengisap rokok yang ada di tangannya di depan umum sambil bercengkrama dengan kawan-kawannya. Hmm.. entah mengapa, saya agak terusik dengan tingkah wanita ini.


Kenapa Mbak, bengong gitu,” tanya kawan saya, “Hmm.. nggak itu cewek ko asyik banget ya, berhijab, kemudian ngerokok dengan santai pula di depan umum,” jawab ku.Kawan saya bingung, melihat saya hanya menatap 1 titik saja, tak berkedip dengan wajah penuh keheranan.Meski saya tahu, merokok adalah hak masing-masing orang, tapi nampak tak pas saja pemandangan itu di mata saya, terlebih ada orang di sebelah saya terdengar mengatakan “itu cewek pake jilbab ko ngerokok ya?”, dan lantas teman di sebelah nya menjawab “makanya sekarang ga jamin, cewe jilbab, kadang cuma kedok doang ato cuma ikut trend..”. Bisikan itu semakin membuat saya kurang nyaman berada di tempat tersebut.“Ya ampun, udah, santai aja..” katanya. Namun sayang, saya bukan tipe orang yang bisa santai melihat hal ini. Ada perasaan risih. Karena saya berhijab dan kawan saya pun berhijab. Untunglah saya punya jeda untuk berpikir apa yang ingin saya lakukan melihat kejadian tersebut. Tidak lama, setelah saya berpikir apa yang ingin saya lakukan, saya memutuskan untuk menulis di secarik kertas untuk wanita tersebut”Mbak yang baik dan cantik, mohon maaf sekali, sekiranya mbak berkenan, mohon tidak merokok di depan umum ya, kurang pas rasanya..” sambil memberikan senyuman di akhir tulisan. Dengan bismillah dalam hati, saya meminta tolong waitress untuk memberikan kertas itu kepada wanita tersebut.


Pandangan saya belumlah beralih kearah lain. Saya masih menunggu respon wanita itu. Tidak lama, wanita itu menengok kearah saya dan melemparkan senyuman sambil memberikan jempol. Ia pun langsung mematikan rokoknya dan melanjutkan perbincangan bersama kawan-kawannya.
“Alhamdulillaahh..” gumam saya dalam hati sambil mengelus dada, dan membalas senyum wanita itu. Saya hanya berpikir, semoga saja senyum dan acungan jempolnya, merupakan tanda ia menerima apa yang saya sampaikan melalui secarik kertas tersebut. Tidak lama setelah itu, saya bersama kawan saya beranjak pergi dari tempat tersebut karena sudah cukup malam bagi kami berdua dan sudah cukup pula bagi kami menghilangkan penat ini. Kami beranjak pulang, dan meninggalkan tempat itu dengan senyum, sungguh indah.

Hijab kita

Wahai sahabat ku yang baik, sekilas cerita di atas semoga bisa di cerna dengan baik oleh sahabat semua. Bisa jadi apa yang saya lakukan kepada wanita tersebut, salah menurut sahabat semua, atau bisa jadi benar. Namun terlepas dari benar atau tidaknya yang saya lakukan, saya hanya ingin menyampaikan bahwa adalah tanggung jawab kita semua (terutama para muslimah) untuk menjaga kesantunan dalam Islam.Saya pribadi meyakini, ketika saya menjaga kesantunan dan hijab saya, sesungguhnya saya tidak hanya menjaga harga diri saya sendiri, tapi juga saudari-saudari muslimah lainnya yang juga mengenakan hijab dan lebih dari pada itu menjaga nama baik Islam.Sekali saja saya berbuat atau bertingkah di luar koridor kebaikan dan kesantunan, orang lain bukan hanya menilai diri saya sendiri, tapi ironi nya juga men-generalisasi wanita muslimah lainnya. Contoh seperti kasus di atas tadi, mungkin hanya satu orang wanita berhijab yang “merokok”, tapi orang lain langsung berpendapat “Sekarang hijab hanya jadi kedok saja, dan gak jaminan.” Istilahnya, hanya karena 1 orang, semua wanita berhijab bisa jadi sasaran salah-nya. Ibarat gara-gara nila setitik, rusaklah susu sebelanga.


Wahai sahabat ku yang baik, saya sangat mahfum, jika ada pendapat “Ya itu kan hak masing-masing orang, mau melakukan apapun.” Betul. Namun bijak-nya betapa kita masih punya beribu alasan atau pilihan untuk memilih hal yang lebih baik.Meski saya dan kita semua masih sangat jauh dari sebuah kesempurnaan sebagai seorang muslimah yang mungkin dinilai baik. Namun selayaknya lah mari sama-sama kita terus saling mengingatkan dan mengupgrade diri menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin, menjaga diri sendiri, dan juga Islam.Memang tidak mudah, namun bukan pula sesuatu yang sulit, jika kita terus berusaha. Karenanya puncak dari kenikmatan bagi saya salah satunya adalah ketika mencapai titik kebaikan, karena jalan menuju nya, penuh dengan rintangan dan tidak jarang juga menerima cibiran dan sindiran.Seorang ulama pernah mengatakan, “Al-Islamu mahjubun bil muslimin” (Islam terhijab/tertutupi oleh perilaku umat Islam sendiri. Karena itu, marilah kita ikut menjaga Islam ini. Caranya, ya menjaga perilaku kita sendiri.

Sebagai penutup, salah satu ciri muslimah yang baik adalah memiliki keberanian (syaja’ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah).  Selain itu, muslimah berkarakter, ia akan selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusilasi. Wahai sahabat ku yang baik, Tak ada niatan bagi saya untuk menunjukan atau memamerkan sebuah ketaataan atau kesantunan. Semua akan menjadi tak ada arti, semu dan penuh fatamorgana ketika saya menyampaikan hal ini dengan jubah penuh riya'.Harapan saya hanya satu, semoga melalui tulisan ini, sahabat semua mendapatkan insight yang lebih baik, dan mempunyai prihatin yang besar terhadap Islam. Saya mulai merenungi, bahwa seringkali saya prihatin berlebihan pada hal-hal duniawi, namun apakah sama keprihatinan saya terhadap kemunduran Islam?

Semoga peristiwa ini bisa menjadi perenungan yang sama bagi sahabat-sahabat semua.

Riri Artakusuma. Tinggal di Ciputat, Jakarta

Foto: ilustrasi



Rabu, 27 Juli 2011

Sekelompok Ilmuwan Berhasil Menemukan Bentuk Terompet Malaikat Isrofil

Diposting oleh Wanita Sholehah di 21.47 0 komentar

Sebenarnya seperti apa bentuk terompetnya — atau yang biasa juga dikenal dengan sangkakala– malaikat Isrofil itu? Sekitar enam tahun silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.

Menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan
karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet.Di mana pada bagian ujung belakang terompet (baca alam semesta) merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable) (lihat gambar bentuk alam semesta dibawah).


http://2.bp.blogspot.com/-B0EvMFEnZBs/TizxnH4TpDI/AAAAAAAABSA/km75o9BSKGU/s1600/trzbh3do.jpg
 


-Bentuk Alam Semesta

Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.


Abu Hurrairah ra : Nabi Muhammad saw bersabda

“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan bilakah ia diperintah.


Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”


Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.”


Saya tanya : “Bagaimana besarnya?”


Jawab Rasulullah :
“Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali.

Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan)
Kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan).
Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya. Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuk laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang – orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.

Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah). Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.


Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bak rama – rama yang hidup di tengah – tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja.


Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam
surah An Naml ayat 87 : “Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.”

Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.


“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak – anak jadi beruban dan setan – setan berlarian.”


Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, bagaimana dengan peniupnya dan bagaimana pula Sang Pencipta keduanya? Maha Besar Engkau Ya Allah, Allahu Akbar!


Senin, 25 Juli 2011

Wahai Muslimah, Jagalah Kesantunan Anda!

Diposting oleh Wanita Sholehah di 01.44 0 komentar
SELASA, 5 April 2011, adalah hari yang “menarik” perhatian saya. Ketika saya di ajak kawan kantor untuk mampir ke suatu tempat di kawasan Jakarta selatan, sekedar untuk melepaskan penat karena aktivitas yang lumayan padat dan menghilangkan rasa ngidam nya akan makanan yang bikin klenger, alias burger, tidak jauh dari tempat saya duduk, saya melihat sosok wanita cantik, manis dan ia berhijab. Lantas apa yang “menarik” perhatian saya?Agak terkejut ketika saya melihat ada sebatang rokok menempel di sela-sela jemarinya. Perlahan saya amati betapa nikmat dan tenangnya ia mengisap rokok yang ada di tangannya di depan umum sambil bercengkrama dengan kawan-kawannya. Hmm.. entah mengapa, saya agak terusik dengan tingkah wanita ini.


Kenapa Mbak, bengong gitu,” tanya kawan saya, “Hmm.. nggak itu cewek ko asyik banget ya, berhijab, kemudian ngerokok dengan santai pula di depan umum,” jawab ku.Kawan saya bingung, melihat saya hanya menatap 1 titik saja, tak berkedip dengan wajah penuh keheranan.Meski saya tahu, merokok adalah hak masing-masing orang, tapi nampak tak pas saja pemandangan itu di mata saya, terlebih ada orang di sebelah saya terdengar mengatakan “itu cewek pake jilbab ko ngerokok ya?”, dan lantas teman di sebelah nya menjawab “makanya sekarang ga jamin, cewe jilbab, kadang cuma kedok doang ato cuma ikut trend..”. Bisikan itu semakin membuat saya kurang nyaman berada di tempat tersebut.“Ya ampun, udah, santai aja..” katanya. Namun sayang, saya bukan tipe orang yang bisa santai melihat hal ini. Ada perasaan risih. Karena saya berhijab dan kawan saya pun berhijab. Untunglah saya punya jeda untuk berpikir apa yang ingin saya lakukan melihat kejadian tersebut. Tidak lama, setelah saya berpikir apa yang ingin saya lakukan, saya memutuskan untuk menulis di secarik kertas untuk wanita tersebut”Mbak yang baik dan cantik, mohon maaf sekali, sekiranya mbak berkenan, mohon tidak merokok di depan umum ya, kurang pas rasanya..” sambil memberikan senyuman di akhir tulisan. Dengan bismillah dalam hati, saya meminta tolong waitress untuk memberikan kertas itu kepada wanita tersebut.


Pandangan saya belumlah beralih kearah lain. Saya masih menunggu respon wanita itu. Tidak lama, wanita itu menengok kearah saya dan melemparkan senyuman sambil memberikan jempol. Ia pun langsung mematikan rokoknya dan melanjutkan perbincangan bersama kawan-kawannya.
“Alhamdulillaahh..” gumam saya dalam hati sambil mengelus dada, dan membalas senyum wanita itu. Saya hanya berpikir, semoga saja senyum dan acungan jempolnya, merupakan tanda ia menerima apa yang saya sampaikan melalui secarik kertas tersebut. Tidak lama setelah itu, saya bersama kawan saya beranjak pergi dari tempat tersebut karena sudah cukup malam bagi kami berdua dan sudah cukup pula bagi kami menghilangkan penat ini. Kami beranjak pulang, dan meninggalkan tempat itu dengan senyum, sungguh indah.

Hijab kita

Wahai sahabat ku yang baik, sekilas cerita di atas semoga bisa di cerna dengan baik oleh sahabat semua. Bisa jadi apa yang saya lakukan kepada wanita tersebut, salah menurut sahabat semua, atau bisa jadi benar. Namun terlepas dari benar atau tidaknya yang saya lakukan, saya hanya ingin menyampaikan bahwa adalah tanggung jawab kita semua (terutama para muslimah) untuk menjaga kesantunan dalam Islam.Saya pribadi meyakini, ketika saya menjaga kesantunan dan hijab saya, sesungguhnya saya tidak hanya menjaga harga diri saya sendiri, tapi juga saudari-saudari muslimah lainnya yang juga mengenakan hijab dan lebih dari pada itu menjaga nama baik Islam.Sekali saja saya berbuat atau bertingkah di luar koridor kebaikan dan kesantunan, orang lain bukan hanya menilai diri saya sendiri, tapi ironi nya juga men-generalisasi wanita muslimah lainnya. Contoh seperti kasus di atas tadi, mungkin hanya satu orang wanita berhijab yang “merokok”, tapi orang lain langsung berpendapat “Sekarang hijab hanya jadi kedok saja, dan gak jaminan.” Istilahnya, hanya karena 1 orang, semua wanita berhijab bisa jadi sasaran salah-nya. Ibarat gara-gara nila setitik, rusaklah susu sebelanga.


Wahai sahabat ku yang baik, saya sangat mahfum, jika ada pendapat “Ya itu kan hak masing-masing orang, mau melakukan apapun.” Betul. Namun bijak-nya betapa kita masih punya beribu alasan atau pilihan untuk memilih hal yang lebih baik.Meski saya dan kita semua masih sangat jauh dari sebuah kesempurnaan sebagai seorang muslimah yang mungkin dinilai baik. Namun selayaknya lah mari sama-sama kita terus saling mengingatkan dan mengupgrade diri menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin, menjaga diri sendiri, dan juga Islam.Memang tidak mudah, namun bukan pula sesuatu yang sulit, jika kita terus berusaha. Karenanya puncak dari kenikmatan bagi saya salah satunya adalah ketika mencapai titik kebaikan, karena jalan menuju nya, penuh dengan rintangan dan tidak jarang juga menerima cibiran dan sindiran.Seorang ulama pernah mengatakan, “Al-Islamu mahjubun bil muslimin” (Islam terhijab/tertutupi oleh perilaku umat Islam sendiri. Karena itu, marilah kita ikut menjaga Islam ini. Caranya, ya menjaga perilaku kita sendiri.

Sebagai penutup, salah satu ciri muslimah yang baik adalah memiliki keberanian (syaja’ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah).  Selain itu, muslimah berkarakter, ia akan selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusilasi. Wahai sahabat ku yang baik, Tak ada niatan bagi saya untuk menunjukan atau memamerkan sebuah ketaataan atau kesantunan. Semua akan menjadi tak ada arti, semu dan penuh fatamorgana ketika saya menyampaikan hal ini dengan jubah penuh riya'.Harapan saya hanya satu, semoga melalui tulisan ini, sahabat semua mendapatkan insight yang lebih baik, dan mempunyai prihatin yang besar terhadap Islam. Saya mulai merenungi, bahwa seringkali saya prihatin berlebihan pada hal-hal duniawi, namun apakah sama keprihatinan saya terhadap kemunduran Islam?

Semoga peristiwa ini bisa menjadi perenungan yang sama bagi sahabat-sahabat semua.

Riri Artakusuma. Tinggal di Ciputat, Jakarta

Foto: ilustrasi